“Kepala Pecah, Posyandu Stop!” — Kades Akedabo Ngamuk, Ancam PLN, Kecamatan, dan Puskesmas Lewat WhatsApp
Halmahera Selatan – Rekaman suara bernada ancaman keras dari Kepala Desa Akedabo, Kecamatan Mandioli Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, mengguncang publik setelah viral di WhatsApp.
Dalam rekaman berdurasi pendek yang beredar sejak Selasa, 5 Agustus 2025, sang kades melontarkan ancaman brutal terhadap petugas PLN yang dinilainya tidak becus menyuplai listrik ke desanya.
Dengan nada tinggi dan emosi meluap, sang kepala desa mengancam akan menyuruh warga memukul petugas PLN hingga “kepala pecah”. Ia bahkan memerintahkan agar para petugas dikejar hingga “lari salah jalan” jika tetap datang ke Akedabo.
“Kalau PLN turun ke sini, saya suruh masyarakat pukul kalian sampai kepala pecah! Dua minggu lampu mati, tidak ada pemberitahuan. Ibadah terganggu, anak-anak tidak bisa belajar! Kalau datang, warga kejar sampai lari salah jalan!” — potongan rekaman suara yang tersebar luas di kalangan warga.
Akedabo Gelap Total, Emosi Kades Meledak
Kemarahan Kades Fiktor dipicu oleh padamnya listrik selama hampir dua pekan di desanya. Menurut informasi warga, aliran listrik hanya menjangkau hingga Desa Pelita, sementara Akedabo terjebak dalam kegelapan total.
Tak hanya PLN, Kades Fiktor juga meluapkan kemarahannya kepada pihak kecamatan dan puskesmas. Dalam rekaman lanjutan, ia bahkan secara terang-terangan melarang keduanya untuk datang ke Akedabo, termasuk untuk menjalankan kegiatan Posyandu.
“Camat, puskesmas, jangan turun-turun di Akedabo! Posyandu juga tidak usah datang lagi. Kalian semua sama saja!” ucapnya lantang dalam rekaman tersebut.
Sikap ini menambah keresahan di tengah masyarakat, yang khawatir pelayanan publik akan terhambat akibat ancaman kades terhadap pihak-pihak yang seharusnya melayani warga.
PLN Klarifikasi: Gangguan Disebabkan Pohon Warga
Menanggapi ancaman tersebut, pihak PLN memberikan klarifikasi. Seorang teknisi menyebut, pemadaman bukan karena kelalaian, melainkan akibat dahan pohon kelapa milik warga yang terlalu dekat dengan jaringan listrik.
“Kalau hujan atau angin kencang, dahan jatuh dan menyebabkan korsleting. Sebagian warga sudah izinkan pemangkasan, tapi banyak juga yang menolak. Itulah penyebab gangguan terus berulang,” jelas teknisi di lapangan.
Pihak PLN menyayangkan sikap kepala desa yang dinilai tidak mencerminkan pemimpin yang bijak dan justru memprovokasi masyarakat.
“Kami terbuka untuk dialog dan perbaikan. Tapi ancaman kekerasan jelas tidak bisa diterima,” tegas salah satu petugas PLN.
Kades Bungkam, Warga Cemas
Hingga berita ini diturunkan, belum ada permintaan maaf atau klarifikasi dari Kepala Desa Akedabo.
Sementara itu, masyarakat berharap agar ketegangan tidak semakin meluas dan pelayanan publik tetap berjalan seperti biasa, termasuk penanganan listrik dan kegiatan Posyandu.
Tim Mandiolinews