Boki Nita Dampingi Wamen Transmigrasi Kunjungan Kerja ke Maluku Utara, Ziarah hingga Silaturahmi Adat
Ternate, 15 Juli 2025 – Nita Budi Susanti, yang dikenal sebagai Boki Nita, kembali pulang ke kampung halamannya di Ternate, Maluku Utara. Kepulangannya kali ini untuk mendampingi suaminya, Wakil Menteri Transmigrasi RI, Viva Yoga Mauladi, dalam rangka kunjungan kerja di wilayah tersebut.
Usai menghadiri rapat koordinasi bersama Pemerintah Provinsi Maluku Utara di Hotel Bela, Ternate, Boki Nita bersama rombongan melakukan ziarah ke makam almarhum Sultan Mudaffar Sjah yang terletak di kawasan Masjid Kesultanan Ternate.
Ziarah ini sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum Sultan Mudaffar Sjah, yang semasa hidupnya telah mengangkat Viva Yoga sebagai Kapita Korois Kesultanan Ternate. Doa dan tahlil turut dipanjatkan dalam kunjungan tersebut.
Setelah itu, rombongan menuju kediaman Boki Nita di Kadato Ici, Kelurahan Bula, Ternate Utara. Di sana, mereka disambut antusias oleh warga dari Kelurahan Bula dan sekitarnya. Acara dilanjutkan dengan pembacaan doa selamat bersama para bobato adat dan tokoh masyarakat.
“Kunjungan ini bagian dari silaturahmi dengan masyarakat adat. Saya juga melepas rindu kepada masyarakat yang selama ini menantikan kepulangan saya ke Ternate,” ujar Boki Nita kepada wartawan.
Direncanakan, pada Rabu (16/7), rombongan Wamen Transmigrasi akan melanjutkan perjalanan ke Sofifi dan sejumlah kabupaten/kota di Maluku Utara untuk meninjau kawasan transmigrasi dan menyalurkan bantuan.
Dalam rapat koordinasi sebelumnya, Wamen Transmigrasi Viva Yoga mengumumkan alokasi anggaran sebesar Rp35 miliar untuk pengembangan kawasan transmigrasi di wilayah Maluku Utara. Selain itu, setiap kelompok transmigran akan menerima bantuan dana tunai senilai Rp100 juta sebagai modal usaha.
Di akhir kunjungan, Boki Nita menegaskan bahwa masyarakat adat Ternate yang dilantik oleh almarhum Sultan Mudaffar Sjah tetap solid dan menjaga nilai-nilai adat.
“Masyarakat adat yang sah masih utuh dan solid. Saya berharap adat seatoran terus dijaga—baik dari makanan, pakaian, bahasa, hingga hukum dan tata cara sehari-hari—karena itu adalah jiwa dan cerminan masyarakat Kie Raha dan Maluku Utara pada umumnya,” pungkasnya.